Review Buku The Monstrumologist By Rick Yancey
Judul Buku : The Monstrumologist
Penulis : Rick Yancey
Ini adalah buku harian milik Will Henry seorang anak yatim piatu yang berusia dua belas tahun dan menjadi asisten pribadi seorang doktor yang bernama Dr.Warthrop yang berprofesi sebagai peneliti monster. Hal - hal mengerikan yang di alami oleh Will Henry mengawali kisah mencekam yang menjadikan mereka memburu atau yang diburu oleh monster tanpa kepala pemakan manusia.
My Review :
Mengawali bulan Oktober yang merupakan bulan Hallowen, saya membaca buku ini dengan selalu bergidik ketakutan. Kisah awalnya saja begitu menakutkan. Sempat saya menghentikan membaca buku ini selama seminggu di karenakan sedang banyak tugas di pekerjaan. Tetapi, karena jalan ceritanya makin seru saya semakin penasaran di tambah ketakutan membacanya. Untuk tokoh si Will Henry sendiri sungguh menyedihkan ketika Will Henry sangat bergantung dengan doktornya tersebut karena tidak ada lagi keluarga yang ia miliki. Karakter Dr. Warthrop sendiri sama seperti Will Henry yang kesepian. Kesedihan Will Henry terhadap kedua orang tuanya membuat saya bertanya - tanya masih adakah saya mendapati anak yang seperti ini.Tegar di luar, lemah di dalam.
Sikap sang doktor sendiri menurut saya pada awalnya sangat tidak pedulian, kasar, tidak sabaran dan terkesan kaku bahkan kepada orang lain.Namun, saya patut mengacungi jempol kepada Will yang begitu sabar menghadapi sikap sang doktor. Dibalik dari kesabaran dari Will yang masih kecil inilah hati dari doktor sendiri luluh.Alih - alih ketika perburuan monster yang tidak sepatutnya Will ikut, sang doktor malah tidak mau meninggalkan Will dan malah mengajaknya supaya Will tidak jauh - jauh dari perlindungan sang doktor. Sikap doktor membuat saya tahu bahwa sang doktor yang kaku bisa menunjukkan kasih dan perhatiannya kepada anak asistennya dahulu yang sudah meninggal dan menganggap Will Henry seperti anaknya sendiri.
Sikap sang doktor sendiri menurut saya pada awalnya sangat tidak pedulian, kasar, tidak sabaran dan terkesan kaku bahkan kepada orang lain.Namun, saya patut mengacungi jempol kepada Will yang begitu sabar menghadapi sikap sang doktor. Dibalik dari kesabaran dari Will yang masih kecil inilah hati dari doktor sendiri luluh.Alih - alih ketika perburuan monster yang tidak sepatutnya Will ikut, sang doktor malah tidak mau meninggalkan Will dan malah mengajaknya supaya Will tidak jauh - jauh dari perlindungan sang doktor. Sikap doktor membuat saya tahu bahwa sang doktor yang kaku bisa menunjukkan kasih dan perhatiannya kepada anak asistennya dahulu yang sudah meninggal dan menganggap Will Henry seperti anaknya sendiri.
Dan menurut saya, saat menyeramkan dalam buku ini adalah ketika monster tanpa kepala tersebut menyerbu dan memakan seluruh keluarga pendeta dan membantai habis -habisan keluarga tersebut. Penulis sangat lihai di dalam menceritakan secara mendetail gambaran bagaimana dan bagian tubuh apa yang di tinggalkan sehabis monster - monster melahap makanannya itu.
Saya pernah beberapa kali membaca buku horor namun tidak mendapatkan kesan horor yang begitu mendalam dan kental layaknya di buku ini. Memang saya masih kurang menggali lagi buku - buku horor yang lain.Tapi, buku ini sangat bagus, sangat bagus sekali. Gaya berceritanya memang menggarap gaya penulisan buku historical yang sebelumnya saya kurang cocok. Namun, buku ini tidak membosankan. Walaupun menggunakan gaya penulisan yang dilakukan penulis untuk menggambarkan detail dari keseluruhan kejadian namun sama sekali tidak menjemukan. Saya langsung mendapatkan point dan dapat membayangkan seperti apa monster tanpa kepala yang di maksud penulis.
Saya pernah beberapa kali membaca buku horor namun tidak mendapatkan kesan horor yang begitu mendalam dan kental layaknya di buku ini. Memang saya masih kurang menggali lagi buku - buku horor yang lain.Tapi, buku ini sangat bagus, sangat bagus sekali. Gaya berceritanya memang menggarap gaya penulisan buku historical yang sebelumnya saya kurang cocok. Namun, buku ini tidak membosankan. Walaupun menggunakan gaya penulisan yang dilakukan penulis untuk menggambarkan detail dari keseluruhan kejadian namun sama sekali tidak menjemukan. Saya langsung mendapatkan point dan dapat membayangkan seperti apa monster tanpa kepala yang di maksud penulis.
''Kau pernah mendengar kata pepatah bahwa waktu menyembuhkan segala luka, tapi aku tak pernah menemukan pertolongan itu dalam perjalanannya yang tak terhindarkan, tak ada kelegaan dari beban rasa kehilanganku yang menekan.''
( Ucapan Will Henry , hal 376 )
Untuk bukunya sendiri, saya sangat merekomen buku ini dan saya kemarin melihat bahwa buku keduanya yakni The Curse of The Wendigo sudah diterjemahkan penerbit gramedia . Maklumlah saya termasuk yang banyak ketinggalan membaca buku - buku yang seru. Dan semoga buku keduanya tidak kalah serunya.
Jadi, setelah baca buku ini saya pingin koleksi buku horor yang benar - benar horor yang lainnya.
And Happy Hallowen all
Jadi, setelah baca buku ini saya pingin koleksi buku horor yang benar - benar horor yang lainnya.
And Happy Hallowen all
Comments
Post a Comment